Lokasi De Oak Cafe ini cukup strategis. Hanya sekitar 200 meter ke arah utara setelah Stasiun Wonokromo atau DTC Trade Center. Jika Artebianz sudah sampai di Jembatan Jagir,
kurangi kecepatan berkendara Artebianz, karena De Oak Cafe ada di
sebelah kanan jalan, sekitar 50 meter dari Jembatan Jagir (sebelum POM
Bensin terbesar di Ngagel dan sebelum Hotel Novotel Surabaya).
Satu hal yang membuat saya tertarik ingin mencoba nongkrong di Cafe De
Oak ini adalah bentuk gelas minumannya. Hah? Kok bentuk gelas? Yap,
berawal dari postingan beberapa kawan di media sosial Path yang
sedang makan-makan di De Oak, perhatian saya langsung tertuju pada foto
gelas berbentuk seperti botol susu kaca panjang dengan leher dan kepala
botol yang berbentuk corong kecil. Gelas dalam foto postingan teman
saya tersebut berisi minuman semacam milkshake.
Akhirnya
saya pun datang untuk menjajal sendiri menu-menu di Cafe Oak bersama
beberapa sahabat yang juga tergoda dengan "gelas susu lucu" tersebut.
Pertama masuk ke Cafe, saya langsung disambut dengan lapangan parkir
luas dan gratis. Tema woody, sesuai dengan namanya Oak yang
adalah sejenis pohon kayu, cukup terasa begitu saya menjejakkan kaki di
cafe. Pemandangan pertama untuk tamu Cafe De Oak adalah meja bar pantry dan kasir. Meja dan tempat duduk tamu di Cafe De Oak ini dibagi dalam dua partisi ruangan: indoor dan outdoor. Ruangan indoor hanya berdinding kaca dan ber-AC Tempat duduk di indoor
pun nampak kurang "santai", terlihat dari meja makan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kursi. Untungnya cuaca cerah dan kebetulan
kawan-kawan telah memesan tempat duduk di sisi outdoor.
Saya datang ke sana sekitar pukul 6 sore, artinya, saatnya lampu-lampu
dinyalakan. Lampu-lampu redup di cafe De Oak menyiratkan suasana
romantis dengan gelas lilin yang menghiasi tiap meja di sana.
Meja-mejanya pun bukan meja biasa, yakni meja dari potongan pohon oak.
Bagian outdoor ini nampak hanya ditutup dengan tenda kanopi.
Karena cuaca malam itu yang cukup cerah, petugas cafe pun membuka tutup
kanopi, sehingga pengunjung cafe De Oak di bagian outdoor bisa
langsung melihat langit. Di seberang meja saya ada sebuah layar
proyektor besar yang memutar film dan lagu. Nampaknya, cafe ini juga
sering dijadikan tempat nobar bola bareng.
Makanan di De Oak Cafe ini cukup beragam. Mulai dari kudapan-kudapan ringan seperti French Fries dan Jamur Krispi, pasta, junk food
sampai dengan nasi dan lauk-lauk tradisional. Saat buku menu berbentuk
talenan diserahkan oleh pelayan cafe pada saya, mata saya tertumbuk pada
menu pasta, tepatnya "Rawon Pasta". Menurut saya menu
tersebut cukup unik dan bisa dijadikan menu khas De Oak. Cita rasa
internasional seperti pasta (spaghetti) bertemu dengan rawon yang tak
lain adalah masakan khas Surabaya, sukses membuat saya penasaran.
Terlebih lagi, saya belum pernah menemukan Rawon Pasta di tempat lain.
Rawon Pasta De Oak Cafe dihargai 35ribu rupiah. Ternyata porsi rawon pasta ini cukup banyak untuk porsi makan perempuan. Spaghetti disajikan dalam mangkuk yang sudah dilengkapi dengan dua sisir garlic bread
plus taburan tauge kecil. Kuah rawon hitam berisi potongan daging
disajikan dalam mangkuk terpisah. Bahkan sambal terasi ikut serta dalam
piring lepek kecil terpisah.
Dan rasanya....mmm...enak juga! Rasa
kuah rawonnya sendiri menurut saya pada dasarnya sudah enak. Daging
sapinya pun empuk sekali. Cita rasa kaldu daging rawon yang gurih
ternyata match dengan lembutnya spaghetti. Garlic bread
yang dicocol ke kuah rawon ternyata menimbulkan rasa yang unik di
lidah. Baru, namun cukup enak bagi saya. Dari angka 1 sampai 5, rawon
pasta De Oak cafe saya beri nilai 4. De Oak berhasil dalam mix and match masakan tradisional dan internasional.
Minuman di De Oak cafe ini juga cukup beragam, mulai dari jus, mint, chocolate, tea, milkshake, hingga bir. Minuman yang saya pesan adalah Red Velvet Frappe Ice.
Sayangnya, minuman ini tidak seenak yang saya bayangkan. Sebagai
penggemar cake Red Velvet, minuman red velvet di De Oak ini kurang bisa
merepresentasikan rasa red velvet itu sendiri. Meskipun disajikan dalam
gelas lucu yang menjadi tujuan saya datang ke cafe ini, tetapi di lidah
saya, minuman ini hanya terasa seperti susu cair manis tanpa ada rasa
yang unik. Warnanya pun pink, bukan red. Padahal harga Red Velvet Frappe Ice ini cukup mahal dibandingkan minuman yang dipesan teman-teman saya, yakni 28ribu rupiah.
Sedangkan chocolate Milkshake dan Cappucino Ice
yang dipesan teman saya masing-masing seharga 25ribu dan 27ribu. Jika
Artebianz berkunjung ke cafe ini, mungkin Artebianz bisa mencoba Almond Frappe Ice. Saya sebetulnya penasaran juga dengan minuman itu, tetapi saya lebih memilih red velvet ice.
Secara keseluruhan, De Oak Cafe Resto Surabaya ini cukup oke, meskipun bagian outdoor-nya agak bising karena bersisian jalan raya dan kisaran harga menu-menunya sekitar 20ribu sampai dengan 50ribu rupiah. Saya beri skor 4 dari 5 untuk De Oak Cafe Surabaya.
sumber:
http://www.artebia.com/makan-asyik/detail.php?id=166
cafenya selalu rame kalau malam sabtu
BalasHapus